Alat Ukur Curah Hujan
Data curah hujan sangat penting dalam mengatur pengelolaan air dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sebab rata-rata hujan tahunan antara daerah satu dengan daerah lainnya berbeda-beda dan dapat terjadi setiap saat.
Oleh karena itu diperlukan alat yang dapat memantau curah hujan secara otomatis, real-time, dan mampu menyimpan data curah hujan di masing-masing daerah.
Penakar hujan atau ombrometer merupakan alat untuk mengukur tingkar rata-rata hujan tahunan. Ada 2 jenis penakar hujan yaitu penakar hujan rekam (recording) dan penakar hujan non rekam (non recording).
1. Ombrometer Manual
Pengukuran curah hujan secara manual ini dilakukan dengan mengukur volume air secara berkala dalam jangka waktu tertentu untuk memperoleh hasil curah hujan suatu wilayah.
Ombrometer manual dibagi menjadi dua jenis yaitu:
A. Ombrometer Biasa
Ombrometer ini terbuat dari bahan sederhana yaitu seng dengan tinggi 60 cm dan pipa paralon dengan tinggi 100 cm. Cara kerja alat penakar ini masih sangat sederhana.
Air yang ditampung oleh penakar selanjutnya dibagi berdasarkan parameter luas mulut dan volume air hujan. Dalam penggunaannya, alat sederhana ini diletakkan di ketinggian 120 hingga 150 cm. Namun, kelemahan alat ini masih belum mampu mencatat secara otomatis.
B. Ombrometer Observatorium
Pengukuran curah hujan dengan ombrometer observatorium dilakukan dengan menggunakan gelas ukur dan menjadi standar yang biasa digunakan di Indonesia.
Penggunaan alat ini cukup mudah dan pemeliharaanya murah. Namun kelemahan dari ombrometer observatorium yaitu data yang terbatas karena hanya dapat digunakan untuk mengukur curah hujan selama 24 jam.
Selain itu, derajat kesalahan pengukuran satu alat dengan alat lainnya juga kerap terjadi dan menunjukkan hasil yang berbeda.
Ombrometer adalah suatu alat pengukur curah hujan manual yang biasanya diletakkan di kebun untuk mengetahui keadaan curah hujan bagi tanaman. Alat ini dapat digunakan untuk membaca ketelitian hingga 0,1 dalam satuan mili liter. Pembacaan data melalui ombrometer tidak dapat dilakukan setiap waktu, biasanya pembacaan ini hanya dilakukan pada pukul 07.00 WIB waktu setempat setiap harinya dengan cara diperiksa secara manual menggunakan gelas takar.
Penggunaan ombrometer juga dapat membantu petani dalam memantau tingkat kelembapan udara. Tingkat kelembapan udara yang tinggi bisa menyebabkan berbagai masalah tanaman, seperti penyakit pada tanaman dan memperlambat pertumbuhan tanaman. Melalui pemantauan tingkat kelembapan udara, petani dapat mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan dan kualitas tanaman.
Pada era 80 hingga 90-an, ombrometer menjadi andalan BMKG sebagai alat yang digunakan untuk membuat perkiraan cuaca dan curah hujan. Seiring berkembangnya teknologi pada saat ini, ombrometer sudah memiliki pengganti yang dapat digunakan secara otomatis atau digital. Ketika masih menggunakan ombrometer, BMKG menitipkan beberapa perangkat di berbagai daerah sekitar perkebunan atau pegunungan, yang memiliki ketinggian di atas 500 dpl. Saat itu, BMKG masih sangat terbatas dalam menjangkau keberadaan ombrometer yang sudah terpasang sejak lama, maka dijalin kemitraan terhadap petugas kebun yang bertugas untuk memantau dan mengecek curah hujan di tempat ombrometer terpasang.
Tugas dari pihak kebun yang memantau ombrometer adalah mencatat dan membuat laporan data curah hujan kepada BMKG setiap harinya. Laporan dari berbagai wilayah tadi dihimpun untuk mendapatkan data curah hujan yang kemudian bisa disampaikan kepada masyarakat luas. Informasi ini sangat berguna bagi para petani yang memerlukan informasi terkait curah hujan untuk mengambil keputusan dalam penentuan jadwal panen serta perawatan tanaman yang mengandalkan cuaca dan curah hujan.
Cara Penggunaan Ombrometer
Cara menggunakan ombrometer yaitu, kita perlu menempatkan corong penangkap di tempat terbuka dan tidak terhalangi apapun. Corong ombrometer menangkap air hujan yang turun ke bumi, kemudian pada hari selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan memutar kran ombrometer dan air ditampung pada gelas takar. Kemudian air diukur sesuai dengan garis pada gelas takar, dan dicatat pada kertas untuk dijadikan laporan. Ketika air hujan pada gelas takar diperkirakan akan mencapai 25 mili liter, maka kran ombrometer ditutup terlebih dahulu dan hasil pengukuran dicatat pada kertas. Cara penghitungan air hujan adalah, jika pada luasan satu meter persegi air yang tertampung adalah satu mili liter, maka di tempat datar air yang tertampung adalah satu liter.